Batu. benda ada ada di mana-mana. teksturnya kasar dan bersifat sangat keras. Tetapi sekeras-kerasnya jika batu tersebut terjatuh
dan terbentur benda keras lainnya maka batu itu akan terkikis dan jika sering
terjatuh atau terbentur maka ia akan mengecil juga.
Demikian juga jika batu tersebut
ditetesi air terus menerus maka lambat laun batu tersebut akan lubang juga.
Walaupun permukaannya sangat keras namun batu tidak memiliki kelenturan dan
sangat mudah tergores ataupun terkikis jika terbentur benda keras lainnya.
Batu juga sulit memindahkan dirinya
sendiri kecuali ada energi sangat besar mendorongnya. Batu akan berpindah jika
disapu angin ribut ataupun air bah. Perpindahannya akan menimbulkan kesakitan
karena batu tersebut akan tercabut dari tempatnya semula dan jatuh terbanting
ke tempatnya yang baru. Ia akan terbentur-bentur dan terkikis melewati proses
perpindahannya.
Bagaimana dengan air? Air sangatlah
luwes dan lembut. Ia bisa menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Tetapi di
balik kelembutannya ia menyimpan tenaga yang sangat besar. Ia bisa mengikis
batu yang sangat keras dengan penuh kesabaran. Ia bisa memindahkan batu sebesar
apapun. Ia juga bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat
mudahnya. Ia bisa menyerap panas ataupun dingin dengan sangat cepat. Ia
mengalir kemanapun dengan tanpa beban dengan sangat mudahnya.
Sebagai orangtua yang mendidik anak
dan diri sendiri, sifat manakah yang kita miliki? Apakah kita memiliki
sifat-sifat batu yang sangat keras dan sulit berubah menyikapi kondisi sekitar?
Ataukah kita memiliki sifat-sifat air yang lemah lembut dan luwes namun
mempunyai kekuatan yang sangat besar jika diperlukan?
Orangtua yang memiliki sifat-sifat
seperti batu, kita sebut orangtua batu sangatlah keras dalam mendidik
dan menyikapi berbagai perilaku anaknya. Mereka berpikir dan melihat tingkah
laku anak dari kacamatanya sendiri. Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan
tidak bisa menerima perbuatan anak-anaknya.
Orangtua batu menjalani hidup dengan
penuh ketegangan sehingga memiliki tingkat stress yang tinggi. Mereka
seringkali menyalahkan tindakan anaknya. Mereka selalu meminta anaknya bersikap
seperti apa yang diinginkannya. Mereka selalu menuntut anaknya untuk berbuat
sesuatu. Jika tidak mereka akan marah dan menganggap anak-anaknya selalu tidak
becus dan tidak menurutinya.
Orangtua batu sering menyulitkan
dirinya sendiri dan anaknya. Jika ia diminta harus mengubah pendekatannya maka
ia akan menderita dan mengalami kesakitan. Perubahan adalah sesuatu yang membuat
orangtua batu mengerang dan menjerit. Secara mental ia sendiri akan mengalami
kesakitan luar biasa. Baginya perubahan adalah ketidaknyamanan.
Akibat dari sikapnya yang keras
seperti batu ini maka tingkat stressnya sangat tinggi. Dan ini menyulitkan
dirinya sendiri dan anak-anaknya. Ketika anaknya berubah ke arah yang lebih
baik ia sendiri gagal mengubah dirinya untuk merespon perubahan anaknya. Dan
akhirnya anaknya yang tidak melihat perubahan dari respon orangtuanya merasa
frustrasi. Ujung-ujungnya si anak kembali ke sikap semula dan bahkan tidak bisa
respek pada orangtuanya. Dan ini memicu perselisihan baru yang tidak akan ada
penyelesaiannya. Orangtua mengatakan anak tidak mau berubah tetapi si anak,
yang telah berubah namun tidak mendapat respon, mengatakan orangtua yang tidak
mau berubah.
Orangtua batu menjalani kehidupan
rumah tangga dengan penuh kemarahan dan tuntutan. Mereka tidak tahu kapan harus
menggunakan kekuatannya. Jika ia dipaksa berubah maka ia akan merasa hancur
lebur. Orangtua batu memiliki ego yang sangat besar tetapi negatif. Ego inilah
yang akan menghancurkan dirinya sendiri dan akhirnya anaknya.
Bagaimana dengan orangtua air?
Orangtua air memiliki keluwesan yang luar biasa tetapi bukan berarti mudah
dipermainkan. Orangtua air tahu kapan harus menggunakan kekuatannya untuk
mendisiplinkan anaknya. Mereka juga tahu kapan harus mengubah diri menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi dalam diri anaknya. Mereka cepat sekali merespon
tindakan anak dan menghargainya. Memuji dengan tulus perbuatan baik anak dan
meminta maaf ketika dirinya berbuat salah pada anak adalah hal yang mudah dan
tidak akan menghacurkan ego orangtua air.
Orangtua air adalah orangtua yang
mengerti dan menerima dirinya sendiri dengan baik. Mereka memiliki harga diri
yang sehat sehingga mampu memperlakukan anak-anaknya dengan penuh respek.
Akibatnya mereka juga menerima respek dari anak-anaknya. Ketika anaknya berbuat
di luar pengharapannya mereka tetap respek pada pilihan anaknya. Kemudian akan
mencari tahu dulu masalahnya dan membantu anak untuk berubah.
Orangtua air mencintai dirinya
sendiri sehingga ia mampu memberikan cinta pada anak-anaknya. Akibatnya
anak-anaknya tumbuh dengan penuh kasih sayang dan merasa nyaman dengan dirinya
sendiri. Anak-anaknya tumbuh dengan percaya diri dan harga diri yang sehat.
Orangtua air menjalani kehidupan
bersama anak-anaknya dengan penuh kegembiraan dalam suasana yang saling
menghargai. Mereka saling mendukung perubahan diri masing-masing. Mereka sangat
toleran dan sabar dalam menyikapi berbagai hal. Orangtua air dan anaknya adalah
pelaku tata tertib yang patuh namun fleksibel.
Bagaimana dengan kita sendiri?
Termasuk dalam kategori manakah kita dalam mendidik anak? Orangtua batu atau
Orangtua air? Andalah yang bisa secara jujur menjawabnya sendiri.
Semoga bermanfaat.
oleh : Ariesandi Setyono
oleh : Ariesandi Setyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar