Kamis, 21 Agustus 2014

Orang Tua Batu vs Orang Tua Air



 Batu. benda ada ada di mana-mana. teksturnya kasar dan bersifat sangat keras. Tetapi sekeras-kerasnya jika batu tersebut terjatuh dan terbentur benda keras lainnya maka batu itu akan terkikis dan jika sering terjatuh atau terbentur maka ia akan mengecil juga.
Demikian juga jika batu tersebut ditetesi air terus menerus maka lambat laun batu tersebut akan lubang juga. Walaupun permukaannya sangat keras namun batu tidak memiliki kelenturan dan sangat mudah tergores ataupun terkikis jika terbentur benda keras lainnya.
Batu juga sulit memindahkan dirinya sendiri kecuali ada energi sangat besar mendorongnya. Batu akan berpindah jika disapu angin ribut ataupun air bah. Perpindahannya akan menimbulkan kesakitan karena batu tersebut akan tercabut dari tempatnya semula dan jatuh terbanting ke tempatnya yang baru. Ia akan terbentur-bentur dan terkikis melewati proses perpindahannya.

Bagaimana dengan air? Air sangatlah luwes dan lembut. Ia bisa menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Tetapi di balik kelembutannya ia menyimpan tenaga yang sangat besar. Ia bisa mengikis batu yang sangat keras dengan penuh kesabaran. Ia bisa memindahkan batu sebesar apapun. Ia juga bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat mudahnya. Ia bisa menyerap panas ataupun dingin dengan sangat cepat. Ia mengalir kemanapun dengan tanpa beban dengan sangat mudahnya.
Sebagai orangtua yang mendidik anak dan diri sendiri, sifat manakah yang kita miliki? Apakah kita memiliki sifat-sifat batu yang sangat keras dan sulit berubah menyikapi kondisi sekitar? Ataukah kita memiliki sifat-sifat air yang lemah lembut dan luwes namun mempunyai kekuatan yang sangat besar jika diperlukan?
Orangtua yang memiliki sifat-sifat seperti batu, kita sebut orangtua batu sangatlah keras dalam mendidik dan menyikapi berbagai perilaku anaknya. Mereka berpikir dan melihat tingkah laku anak dari kacamatanya sendiri. Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan tidak bisa menerima perbuatan anak-anaknya.
Orangtua batu menjalani hidup dengan penuh ketegangan sehingga memiliki tingkat stress yang tinggi. Mereka seringkali menyalahkan tindakan anaknya. Mereka selalu meminta anaknya bersikap seperti apa yang diinginkannya. Mereka selalu menuntut anaknya untuk berbuat sesuatu. Jika tidak mereka akan marah dan menganggap anak-anaknya selalu tidak becus dan tidak menurutinya.
Orangtua batu sering menyulitkan dirinya sendiri dan anaknya. Jika ia diminta harus mengubah pendekatannya maka ia akan menderita dan mengalami kesakitan. Perubahan adalah sesuatu yang membuat orangtua batu mengerang dan menjerit. Secara mental ia sendiri akan mengalami kesakitan luar biasa. Baginya perubahan adalah ketidaknyamanan.
Akibat dari sikapnya yang keras seperti batu ini maka tingkat stressnya sangat tinggi. Dan ini menyulitkan dirinya sendiri dan anak-anaknya. Ketika anaknya berubah ke arah yang lebih baik ia sendiri gagal mengubah dirinya untuk merespon perubahan anaknya. Dan akhirnya anaknya yang tidak melihat perubahan dari respon orangtuanya merasa frustrasi. Ujung-ujungnya si anak kembali ke sikap semula dan bahkan tidak bisa respek pada orangtuanya. Dan ini memicu perselisihan baru yang tidak akan ada penyelesaiannya. Orangtua mengatakan anak tidak mau berubah tetapi si anak, yang telah berubah namun tidak mendapat respon, mengatakan orangtua yang tidak mau berubah.
Orangtua batu menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kemarahan dan tuntutan. Mereka tidak tahu kapan harus menggunakan kekuatannya. Jika ia dipaksa berubah maka ia akan merasa hancur lebur. Orangtua batu memiliki ego yang sangat besar tetapi negatif. Ego inilah yang akan menghancurkan dirinya sendiri dan akhirnya anaknya.
Bagaimana dengan orangtua air? Orangtua air memiliki keluwesan yang luar biasa tetapi bukan berarti mudah dipermainkan. Orangtua air tahu kapan harus menggunakan kekuatannya untuk mendisiplinkan anaknya. Mereka juga tahu kapan harus mengubah diri menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam diri anaknya. Mereka cepat sekali merespon tindakan anak dan menghargainya. Memuji dengan tulus perbuatan baik anak dan meminta maaf ketika dirinya berbuat salah pada anak adalah hal yang mudah dan tidak akan menghacurkan ego orangtua air.
Orangtua air adalah orangtua yang mengerti dan menerima dirinya sendiri dengan baik. Mereka memiliki harga diri yang sehat sehingga mampu memperlakukan anak-anaknya dengan penuh respek. Akibatnya mereka juga menerima respek dari anak-anaknya. Ketika anaknya berbuat di luar pengharapannya mereka tetap respek pada pilihan anaknya. Kemudian akan mencari tahu dulu masalahnya dan membantu anak untuk berubah.
Orangtua air mencintai dirinya sendiri sehingga ia mampu memberikan cinta pada anak-anaknya. Akibatnya anak-anaknya tumbuh dengan penuh kasih sayang dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Anak-anaknya tumbuh dengan percaya diri dan harga diri yang sehat.
Orangtua air menjalani kehidupan bersama anak-anaknya dengan penuh kegembiraan dalam suasana yang saling menghargai. Mereka saling mendukung perubahan diri masing-masing. Mereka sangat toleran dan sabar dalam menyikapi berbagai hal. Orangtua air dan anaknya adalah pelaku tata tertib yang patuh namun fleksibel.
Bagaimana dengan kita sendiri? Termasuk dalam kategori manakah kita dalam mendidik anak? Orangtua batu atau Orangtua air? Andalah yang bisa secara jujur menjawabnya sendiri.
Semoga bermanfaat.
oleh : Ariesandi Setyono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar